Hello Admin^
This is Not_Found

Into your system...

Now I Destroy your security and Break them Into Pieces..

Whatever you Hate Me or Like me

I'm So Sorry Your Site Has been Deface
By



zoneaman86.blogspot.com

MAKALAH | HADITS TENTANG PUASA | MAKALAH PEMBAHASAN HADITS BULAN PUASA
 



A.    Awal puasa Ramadhan sebab rukyah dan tentang umat yang Ummy

حد يث  عبد الله بن عمررضي  الله عنهما  أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكررمضا ن فقا ل لا تسوا موا حتى تروا لهلا ولا تفتروا حتى تروه فإ ن غم عليكم فا قدروا له

“ Abdullah bin Umar r.a Berkata: Rasulullah ketika menyebut Ramadhan bersabda: Jangan puasa sehingga kalian melihat hilal( bulan sabit) dan jangan berhari raya sehingga melihat hilal, maka jika tertutup oleh awan maka perkirakanlah.”(Bukhori Muslim).

Hadits ini sebagai penjelasan tentang penegasan perintah berpuasa karena melihat bulan, dan jika mendung maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya’ban. Hadits ini sebagai nash bahwa tidak ada kewajiban puasa dan tidak boleh berbuka kecuali melihat bulan tsabit atau penyempurnaan hitungan bulan.  

Hadits lain tentang puasa:


عن ابن عمررضي لله عنهما قال ترائ النا س الهلال فاخبرت النبى  صلى الله عليه وسلم أنى رأيته    فصام وامرالناس بصيا مه

“ Dari Ibnu Umar r.a Dia berkata orang-orang memperhatikan bulan tsabit, lalu saya beritahukan Nabi saw, bahwa saya sungguh telah melihatnya. Lalu beliau berpuasa dan beliau memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. (H. R. Abu Daud dan dinilai shohih oleh Al Hakim dan Ibnu Hibban). 
Keterangan dari hadits tersebut:

Apabila ada diantara kamu yang sudah melihat bulan tsabit, ini menunjukkan bahwa penglihatan seseorang di sustu negeri Apabila kamu telah melihatnya itu, ditujukan kepada orang-orang tertentu? Khusus ditugaskan untuk melihat bulan tsabit itu.

حديث ابن عمر رضي الله عنهما عن انبي صلى الله عليه  وسلم أنه قا ل إنا أمة أمية لانكتب ولانحسب الشهرهكذاوهكذايعنى مرة تسعة وعشرين ومرة ثلا ثين

“ Ibnu Umar r.a berkata: Nabi saw bersabda : Kami umat yang Ummy tidak dapat menulis dan menghitung( menghisap), bulan itu begini dan begini , yakni adakalanya dua puluh sembilan  dan adakalanya tiga puluh( Bukhori Muslim).
•    Dalam penentuan hilal,jika ada beberapa pendapat yang berbeda maka, pilih yang ada 2 saksi dan yang benar-benar adil.

•    Hilal bisa ditentukan mulai dari 2 derajad atau diatas 2 derajad dan yang lebih jelas yaitu 6 derajad.


B.    Puasa bagi Musafir

عن جا بربن عبدالله رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج عام الفتح إلى مكة في رمضان فصام حتى بلغ كراع الغميم فصام الناس ثم دعا فقدح من ماءفرفعه حتى نظرالناس إليه فشرب ثم  قيل له بعدذلك  إن بعض النا س قدصام فقا ل : أولئك العصا ةوفي لفظ: فقيل له إن الناس قدشق عليهم الصيام وإنمايفتطرون فيما فعلت فدعايقدح من ماءبعدالعصرفشرب(رواه مسلم)


“ Dari jabir bin Abdullah r.a Bahwasannya Rasulullah saw keluar pada tahun pembukaan kota Mekkah pergi ke Mekkah pada bulan Ramadhan. Beliau berpuasa hingga sampai “Kura’al Gamim”, lalu orang-orang lain juga berpuasa , kemudian beliau meminta  sekendi air, lalu beliau angkat sehingga semua yang melihatnya,  lalu beliau minum. Lalu dikatakan kepadanya sesudah itu Sesungguhnya sebagian orang tetap berpuasa. Lalu beliau bersabda: Mereka orang-orang ma’siat mereka itu orang ma’siat. Dalam suatu lafal: maka dikatakan kepadanya: Sesungguhnya orang-orang telah kepayahan karena berpuasa itu dan mereka hanya menunggu perbuatanmu. Lalu beliau meminta sekendi air setelah waktu ashar, lalu beliau minum.( H.R Muslim).


Hadits tersebut  sebagai dalil yang menunjukkan bahwa orang yang sedang dalam perjalanan( musafir), boleh melakukan puasa dan boleh pula berbuka puasanya, sekalipun dia sudah berpuasa sebagian besar waktu siang hari itu.

Adapun mengenai berbuka puasa setelah menjalani puasa sebagian besar waktu itu, maka jumhur Ulama berpendapat boleh. Syafi’I mensyaratkan pendapatnya tergantung pada shohihnya hadits itu.

 Hadits yang diriwayatkan dari Hamzah Amru ini yaitu sabdanya:
من احب ان يصوم فلا جناح عليه
“ Barang siapa yang berpuasa maka tidak berdosa atasnya”.

Keterangan hadits tersebut:
Hadits tersebut memberikan pengertian tidak berdosa, yang berarti tidak mengapa berpuasa bagi Musafir, tidak diharamkan dan tidak pula menunjukkan lebih afdlolnya.

Ulama yang mengatakan lebih afdlol berpuasa, karena berpuasa itulah yang biasa dilakukan oleh Nabi saw dalam beberapa perjalanannya. Akan tetapi pengakuan dalam beberapa perjalanan beliau harus berdasarkan dalil. Mereka menafsirkan hadits-hsdits yang melarang berpuasa, hanya bagi orang yang kepayahan karena berpuasa itu( bagi yang dalam keadaan darurat).

•    Musafir boleh puasa dan boleh tidak puasa. Karena musafir pada masa sekarang lebih mudah dalam melakukan perjalanan,dimana berpergian bisa menggunakan kendaraan,beda dibanding dengan masa dulu yang berjalan kaki.


C.    I’tikaf
I’tikaf menurut bahasa ialah penetapan sesustu di suatu tempat dan pengekangan nafsu.
Menurut Syara’ ialah tetap dalam Masjid dari seseorang tertentu menurut cara tertentu.
I’tikaf yaitu diam( berhenti) dalam Masjid dengan cara yang tertentu sebagai akan datang keterangannya.
حديث عبدالله بن عمررضي لله عن هماقال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعتكف العشرالأواخرمن رمضان

“ Abdullah bin Umar  r.a berkata : biasa Rasulullah saw , I’tikaf pada malam-malam sepuluh ( 21-30) terakhir bulan Ramadhan( Bukhori Muslim ). 

Hadits lain tentang I’tikaf:

وعنهارضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشرالأواخرمن رمضان حتى توفاه الله عزوجل ثم اعتكف ازواجه من بعده 

“ Dan dari Aisyah juga Nabi  saw biasa beri’tikaf pada malam 10 terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istrinya beri’tikaf setelah beliau wafat itu”.

Dalam hadits tersebut terkadang dalil yang menunjukkan bahwa I’tikaf itu sunat

yang terus-menerus Rasulullah saw kerjakan dan dikerjakan oleh istri-istrinya setelah beliau wafat. Abu Daud mengutip pendapat Ahmad yang mengatakan:  saya tidak mengetahui adanya seorang ulama pun yang menentang bahwa I’tikaf itu disunatkan. Adapun maksud I’tikaf ialah pemusatan pikiran dan perasaan hati( konsentrasi) kepada Allah dan hanya merasa nikmat dengan mengingat Allah dengan menjauhkan diri dari segala sesuatu selain Allah.

D.    Puasa Sunat
عن ابى قتادةالأنصاررضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم عرفة فقال أيكفرالسنة الماضية والباقية وسؤل عن صوم يوم عاشراء فقال يكفرالسنةالماضية وسئل عن صوم  يوم الإثنين فقال ذلك يوم ولدت فيه وبعثت فيه  وأنزل علي فيه

 “ Dari Abu Qatadah Al Anshory r.a Sesungguhnya Rasulullah saw pernah ditanyai tentang puasa pada hari Arafah, lalu beliau menjawab: puasa itu akan menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. Dan beliau  pernah ditanyai tentang puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: puasa itu menghapus dosa tahun lalu dan beliau pernah ditanyai tentang puasa senin, lalu beliau menjawab: hari itu suatu hari kelahiranku, aku ddiutus jadi Rasul pada hari dan diturunkan wahyu kepadamu( H. R. Muslim).

Adapun puasa hari Asyura, yaitu hari ke 10 Muharram, maka menurut Jumhur Ulama , puasa itu pernah menjadi puasa wajib sebelum di fardhukan, kemudian setelah itu menjadi puasa sunat. Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa puasa hari Arafah lebih utama daripada puasa hari Asyura.
Allah melimpahkan nikmat atas hambaNya dengan jalan berpuasa dan pendekatan diri kepada Allah pada hari itu, yaitu pada saat puasa. Telah dijelaskan dalamHadits dariUsamah, alas an puasa Nabi saw pada hari senin dan kamis ialah karena hari itu difardhukan beberapa amal kewajiban dan pada hari itu beliau senang dilaporkan amalnya sedang beliau dalam keadaan puasa.
 
•    Seandainya kita belum mengqadla puasa Ramadhan, apakah boleh puasa sunah?
- hokum mengqadla puasa ramadhan adalah wajib, karena itu ibarat hutang yang mana lebih utama membayar hutang puasa daripada puasa sunah.

- tidak ada alas an untuk kita harus mengqadla puasa ramadhan dulu atau tidak, karena tidak ada perintah untuk mengqadla puasa pada waktu sekarang atau hari ini juga.

•    Puasa sunah jika digabung dengan mengqadla puasa ramadhan apakah boleh?

-    Boleh digabung apabila itu sudah menjadi puasa sunah yang menjadi kebiasaan. Misalnya saja puasa senin kamis.


DAFTAR PUTAKA

Fuad, Muhammad. 1996. Al-lu’lu’walmarjan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Muhammad, Abubakar. 1991. Terjemahan Subulus Salam. Surabaya: Al-Ikhlas.

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda